Jarimu Harimaumu: Belajar dari Dorama Mr.Hiragi Homeroom dari Jepang
“Kamu kok sedikit beda ya”
“ngga usah foto kaya gitu, so cantik banget”
“baru segitu aja udah seneng”
“jelek banget”
“Eh, dia pakai itu tau”
Siapa yang pernah mendapatkan hate speech di dalam media sosial? Atau ada yang pernah mengalami mendapatkan komentar negatif dari orang lain baik secara langsung atau tidak langsung? Bahkan di antara kalian ada yang pernah melihat seseorang mendapatkan hate speech dan respon mereka? Marah atau Sedih atau Dibiarkan saja? Mungkin kita sering tahunya istilah “mulutmu harimaumu”. Tetapi kali ini kita ganti pakai mulut. Penasaran isinya? Mari kita simak blog hari ini yang akan membawakan tema tentang kehidupan sosial media.
(sumber: kompas.com)
Pada dasarnya kita hidup sebagai manusia tidak akan pernah berhenti di satu titik. Di sekitar kita akan ada berbagai macam orang dengan beragam sikapnya. Ada yang saling mendukung antar satu sama lain dan ada juga saling membicarakan di belakang. Namun, tanpa kita sadari ada beberapa perkataan yang membuat kita merasa sakit hati dan terkadang kita ingin emosi tetapi terhalang oleh keadaan. Keadaan disini maksudnya kita mempunyai sebuah dukungan dari orang lain atau kita memang hanya sendirian di dunia ini yang belum mempunya banyak dukungan untuk membela. Ada sebagian orang yang memilih untuk berteman dengan diri sendiri dan juga memilih untuk mencari teman agar tidak kesepian. Jika memilih untuk diri sendiri, kita cendrung akan bersikap tidak terbuka terhadap orang lain dan memendam masalah yang dialaminya sendiri. Ada baiknya juga karena menjadikan kita untuk dewasa dengan cara berjalan sesuai dengan waktunya. Kalau memiliki teman, mungkin ada baiknya kita melakukan saring teman dari diri kita sendiri. Ada teman yang mau diajak kompromi, ada yang hanya mengajak kerja sama saja, dan juga ada yang menjadi tempat curhat kita. Hal itu tergantung diri kita dalam menempatkannnya di kehidupan sosial. Sudah banyak kasus seseorang yang mengalami hate speech atau hate comment dari para netizen. Mereka yang tidak memiliki kesalahan atau tidak pernah mencari masalah dengan orang lain yang tidak dikenal harus menanggung itu semua karena merasa takut dan terkucilkan. Hal itu akan sangat berbahaya terhadap kondisi mental seseorang. Ingin berlaku biasa saja tetapi akan terus kepikiran mengenai hal tersebut.
fenomena hate speech sudah sering kalian dengar. Di era globalisasi akan memberikan banyak pengaruh bagi kita terutama dalam media sosial. Banyak konten yang dapat kita akses secara bebas dengan tema yang kita sukai. Terkadang kita tidak menyadari akan melihat beberapa kata yang sedikit menimbulkan kontrovensi jika kita tidak segera menghapus atau merevisinya. Dari kegiatan tersebut akan menimbulkan tindakan yang berbahaya yaitu hate speech. Hate speech merupakan suatu ujaran menghina yang menargetkan karateristik dari suatu kelompok tertentu, misalnya etnis, agaman, jenis kelamin, atau orientasi seksual (Ross et al.,2017). Menurut studi dari UNESCO (2015) yang berjudul “Countering Online Hate Speech” mengatakan bahwa di dalamnya semakin meningkat dan berkembangnya fenomena hate speech ini akan menyebabkan banyaknya masalah yang muncul di dalam amaupun di luar. Hal ini akan sangat mengkhawatirkan berbagai kalangan jika fenomena ini semakin lama semakin berkembang. Seseorang yang biasanya menghujat sesuatu di media sosial itu karena ingin iseng atau ingin membuat hal yang berbeda dengan orang lain. Padahal dari Tindakan yang dilakukan karena hal tersebut, akan berdampak bagi seseorang yang dihujatnya. Jika orang yang dihujat memiliki mental yang kuat, mereka mungkin akan bersikap biasa saja dan segera melupakan walaupun sebenarnya mereka memikirkannya. Namun, jika orang yang dihujat kebetulan selalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan, mereka akan berfikir bagaimana agar seseorang tidak menghujat saya dan selalu memikirkan apa kesalahan yang dimiliki oleh dirinya. Hal itu, akan berbahaya karena dapat menambah beban pikiran dan jika terus dipikirkan akan berdampak setres dan bisa menyebabkan percobaan bunuh diri seperti kasus yang pernah kalian ketahui tentang seseorang yang bunuh diri akibat menjadi korban bullying di sosial media. Itu sangat menyeramkan.
Kemarin saya baru saja melihat dorama dari Jepang yang berjudul “3 Nen A Kumi: Ima kara Mina-san wa, Hitojichi Desu” atau “3年A組-今から皆さんは、人質です-” Dorama ini dirilis pada tahun 2019 di platform film Netflix. Dimainkan oleh beberapa actor Jepang yang sudah terkenal dan berbakat seperti Masaki Suda, Mei Nagano, Kaho Usami, dan sebagainya. Kalian bisa langsung lihat seriesnya terlebih dahulu karena disini saya akan langsung cerita apa saja pelajaran hidup yang ada di dalam dorama ini.
(sumber: Yunoya Media)
Singkat cerita ini dorama ini menceritakan tentang sekelompok siswa di kelas 3A yang disandera oleh guru keseniannya yaitu Hiragi Sensei (Sensi=guru). Suatu hari, beliau menyadra murid-muridnya yang ada di kelas selama 12 hari (kebetulan episodenya ada 12) dengan menyampaikan materi berupa penyelidikan kasus salah satu muridnya yang meninggal karena bunuh diri beberapa bulan yang lalu. Siswa yang meninggal ini bernama Kageyama Reina. Dia adalah seorang atlet renang yang famous di sekolahnya. Awalnya, ia tidak memiliki teman dan hanya kenal dengan beberapa saja. Lalu ada satu perempuan yang bernama Kayano dengan sangat antusiasnya ingin berteman dan juga bersahabat dengan Reina.
(sumber: Yunoya Media)
Mereka sangat akrab dan saling bertukar hadiah ketika ada event atau hari penting di dalam hidupnya. Hingga pada suatu saat, terdapat video tentang Reina yang menggunakan doping (zat terlarang yang dikonsumsi oleh atlet untuk meningkatkan performanya). Semua orang di pengikut sosial media Reina menghujat dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh. Begitupun dengan teman kelasnya, mereka membicarakannya di belakang dan Kayano sendiri pun sempat menjauhnya dengan maksud mancari kebenaran dari video tersebut. Lalu, karena video tersebut sudah tersebar di seluruh pengguna sosial media, Reina kerap mengalami berbagai masalah sampai akhirnya dia tidak berani lagi untuk terbuka dengan orang lain dan sampai bertemu dengan hiragi sensei ini untuk menceritakan semuanya kepada beliau. Kejadian ini sempat direkam oleh salah satu teman kelasnya sebagai bahan dokumentasi tentang kehidupan Reina.
Di setiap episodenya memiliki pertanyaan yang berbeda dan gurunya ini berhasil membuat muridnya untuk mengakui kesalahannya. Ternyata Reina bukan hanya mendapatkan hate speech dari pengguna sosial media yang tidak dikenal. Ia juga mendapatkan perkataan buruk dari teman kelasnya. Salah satu temannya, bernama Usami. Dia pernah dekat dengan Reina hanya untuk supaya dirinya ikutan famous berteman dengan atlet. Saat itu, ia merasa kesal dengan Reina karena sudah melupakan pertemanannya dengan dia dan memilih berteman dekat dengan Kayano. Usami tanpa disadari mengeluarkan kata-kata “kamu harus mati, supaya hidupku tenang” (semacam itu arti bahasa Indonesia). Hal itu membuat Reina merasa bersalah dan memikirkannya. Dan lebih parahnya lagi, Usami membuat akun sosial media dengan nama insial hanya untuk menghujat Reina secara online karena kekesalannya. Hal tersebut yang menjadikan seseorang di luar sana akan ikut terpancing berkomentar yang secara faktanya mereka tidak mengenal Reina secara lebih mendalam.
(Sumber: Asian Wiki)
Di saat episode Usami mengakui perbuatan yang dia menyebarkan video fitnah terhadap Reina yang menggunakan bopping sangat menyentuh para penonton, karena disana related juga. Disaat pelaku sebenarnya adalah sahabat kita yang dulu pernah dekat dengan kita. Selain itu, beberapa teman yang lainnya juga mengakui setiap perbuatannya yang bersangkutan dengan Reina.
Dari kisahnya Usami tersebut, kita dapat belajar bahwa ketika berteman jangan terlalu berharap lebih terhadap sesuatu. Usami ini merasa dijauhkan oleh Reina karena memilih untuk berteman dengan Kayano. Padahal, dari cerita Kayano, Reina sangat senang berteman dengan Usami dan menggunakan hadiah yang diberikan oleh Usami. Jadi kita tidak boleh berprasangka buruk berlebihan terhadap teman atau sahabat yang sudah dekat dengan kita. Jika menjauh, ada baiknya bertanya terlebih dahulu sebab mengapa dia menjauh dari kita.
Dari cerita Kayano, Reina sempat bercerita pada saat beberapa jam sebelum bunuh diri. Ia bercerita kepada Kayano bahwa dirinya sudah terlaku capek dan ngga kuat dengan omongan orang lain. Selama ini ia pendam dalam-dalam supaya bisa menikmati sekolah renangnya. Namun, karena hujatan tersebut sudah masuk ke dalam bayang-bayangan dan juga ia suka merasa halu terhadap orang yang sedang di dekatnya. (jadi di bayangan dia lihat kita sebagai orang yang ngehujat dia, padahal sebenarnya kita ngga ngapa-ngapain). Kalau dari yang saya acari tahu, Reina ini sudah mengalami penyakit mental yaitu halusinasi. Ia selalu melihat bayangan dia dihujat oleh orang-orang. Hingga pada akhirnya, Reina melompatkan diri dari tangga atas sekolahnya. Sempat tertolong oleh Kayano, namun dalam pesan terakhirnya “aku ingin mati karena tidak tahan dengan dunia ini. Mereka semua jahat. Salahku apa?”. Karena tangan Reina ingin seklai melepaskan Kayano, akhirnya Kayano yang sudah tidak kuat lagi menahannya dan Reina pun terjatuh ke bawah serta meninggal tepat setelah bercerita dengan Hiragi Senseinya.
(sumber: tumgir)
Dan di episode terakhir dimana saat kelas ini berakhir, Hiragi sensei berkata bahwa pembunuh Reina sebenarnya adalah netizen dari aplikasi sosial media yang ada di Jepang (ibaratkan Instagram, tapi lupa nama aplikasinya). Ada beberapa pesan yang dikatakan oleh beliau yaitu:
1. Kalian menghujat orang yang sama sekali tidak mengenal kalian. Dimana rasa bersalah kalian? Apakah bangga menjadi orang seperti itu?
2. Ketikan negatif kalian itu merusak mental seseorang yang mempunyai bakat dan potensi luar biasa untuk masa depannya
3. Apakah kalian sadar apa yang dilakukan kalian itu kejam?
4. Kalian lah pembunuh sebenarnya.
Iya betul apa yang dikatakan oleh Hiragi sensei ini. Sampai akhir episode, saya sempat berfikir mungkin teman sekelasnya yang berkata seenaknya tetapi hal itu masih ditoleransi dengan sebutan kesalahpahaman dan membuat mereka sadar atas perbuatannya. Tetapi saya tidak berfikir kepada netizen yang menghujatnya. Ternyata benar, banyak kasus seseorang yang bunuh diri karena menjadi korban hate speech dari netizen yang tidak dikenal sama sekali. Dari dorama itu, saya dapat ambil beberapa pesan penting yaitu:
Ø Jika kamu bermain sosial media, ketahuilah standar kamu disana. Belajar untuk menghargai orang lain dan jangan pernah jarimu melukai orang lain dengan komentarmu. (berbijaklah dalam bersosmed)
Ø Jika ada teman yang dihujat, setidaknya sebagai teman kelas jangan pernah ikut menghujatnya juga tetapi memberi dukungan dengan mencari kebenarannya.
Ø Jangan pernah sembarangan dengan ucapan kita kepada orang lain. Tanpa kita sadari, hal itu menambah beban pikiran orang lain dari apa yang kita ucapkan.
Oke. Sekian saja pertemuan Blog dengan saya. Jika ada perkataan yang salah, saya mohon maaf. Sampai bertemu di blog selanjutnya.
Jya Matane,
Sayonara ….
Ditulis oleh Maytamaska
Komentar
Posting Komentar